Berkenalan dengan Asal usul "Urang Banjar"

Orang Banjar
Pentas teater di Banjarmasin dengan busana khas orang Banjar.
Penduduk asli Pulau Kalimantan adalah suku Dayak, yang merupakan golongan bangsa Melayu tua (Proto Melayu). Emigran berikutnya menyusul golongan bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu), yang umumnya hidup di daerah pantai. Di antara mereka yang telah memeluk agama Islam menyebut dirinya orang Melayu.
Sejak Malaka ditaklukkan Portugis tahun 1511, banyak pedagang Melayu yang pindah ke Indonesia bagian timur dan di antaranya ada yang singggah di Banjarmasin. Ada pula pengungsi pedagang Jawa yang menyeberang ke Banjarmasin sebagai akibat politik Sultan Agung dari Mataram yang menyerang pelabuhan-pelabuhan di pantai Pulau Jawa.
Demikian pula sejak abad kelima banyak pula orang Tionghoa yang menetap di daerah ini. Kemudian terjadilah perkawinan di antara suku-suku bangsa ini, yaitu suku asli Dayak dengan suku Melayu, Jawa, Tionghoa, Gujarat, Bugis, Madura dan lain-lain.
Dari perkawinan campuran inilah kemudian menurunkan penduduk “Banjar” seperti sekarang ini. Yang disebut orang Banjar pada umumnya mereka yang berada di Banjarmasin, Martapura, Banjarbaru, Pelaihari, dan daerah Hulu Sungai (Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Balangan, dan Tanjung).
Orang Banjar
Orang Banjar di Pasar Wadai Ramadhan Banjarmasin. Yudi Yusmili
Menurut manuskrip Melayu yang disalin oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 Mei 1848 nomor 705, pada abad ke-14 ada koloni orang Hindu datang ke Sungai Barito melalui Marabahan dan terus ke Sungai Negara.
Pimpinan mereka adalah saudagar bernama Ampo Djatmika yang kemudian membangun kerajaan dengan menaklukkan orang Dayak. Kemudian ia beserta keluarganya menjadi penduduk daerah tersebut dan membangun wilayah kekuasaannya.
Dari sana raja mengambil kata “banjar” yang berasal dari kata “Bandar Klingtol.” Beberapa waktu kemudian berubah menjadi Banjarmasin dan disingkat Banjar.
Cerita lain mengatakan bahwa istilah itu berasal dari kata “Bandar-Massi”, yakni nama seorang patih (Patih Massih) yang berkuasa di daerah sekitar Kuin (Cerucuk). Daerah ini pada abad ke-16 merupakan pusat pertahanan, pusat perniagaan dan pemukiman saudagar-saudagar Melayu. Yus
Sumber:  RZ Leirissa, Ramli Nawawi, Tammy Ruslan, M Soenjata Kartadarmadja. Sejarah Sosial Daerah Kalimantan Selatan.

Re-Post by http://migoindonesia.blogspot.co.id/ Rabu/12042017/16.23Wita/Bjm

Komentar